Latest News

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Kuburan di tebing batu khas suku Toraja, Kete Kesu, Toraja Utara. Foto: ist
Hingga saat ini masyarakat Toraja masih memiliki kebiasaan menguburkan jenazah di dalam tebing bukit kapur. Selain melestarikan adat istiadat, rupanya hal ini untuk menjaga wilayah agar tidak habis terjamah. Wilayah Toraja sebagian besar terdiri dari bebatuan karts (atau tepatnya dikelilingi bukit kapur).

Menyimak pesan arif dari Sang Kepala Adat Kete' Kesu' tentang tradisi permakaman, kebersamaan, dan pluralisme di Toraja.

“Kenapa kami dimakamkan di tebing batu, atau di dalam gua?” ujar Layuk Sarungallo yang sebagian giginya sudah ompong. “Kalau kami dimakamkan di tanah, kami tidak bisa hidup karena tidak bisa berladang, tidak bisa bersawah, tidak bisa ada peternakan.”  

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Layuk Sarungallo, Kepala Adat dari Tongkonan Kete' Kesu, Toraja, Sulawesi Selatan. Layuk mengisahkan teladan dari leluhurnya di lumbung padi rumah tongkonan. Dalam tradisi Toraja, lumbung merupakan tempat bersosialisasi dan tempat pertemuan keluarga. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Sembari bersila di bawah lumbung padi tinggalan leluhur, Layuk mengungkapkan bahwa Toraja merupakan dataran tinggi yang terdiri atas bukit-bukit batu dan sebagian besar adalah tanah non-produktif.  Pemahaman tentang kondisi alam Toraja itulah yang membuat leluhur Layuk memberikan teladan bagi penerus mereka untuk memakamkan jenazah di tebing-tebing batu _tradisi yang berlanjut hingga sekarang.

Layuk merupakan Kepala Adat Tongkonan dari Kete’Kesu di Kabupaten Toraja Utara. Pagi itu dia dan keluarga besarnya tengah merayakan syukuran atas pembaptisan salah seorang anggota keluarga mereka, sekaligus merayakan kehangatan Natal.

Meskipun Aluk  Todolo _atau agama nenek moyang_ tidak populer lagi dalam masayarakat Toraja, teladan dan filosofi hidup mereka masih berlanjut hingga sekarang. Kini, mayoritas warga Toraja beragama Kristen Protestan.

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Barisan rumah adat Tongkonan Kete Kesu. Foto: Andina Laksmi
Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Salah satu rumah adat di Tongkonan Kete' Kesu, Toraja, Sulawesi Selatan. Terdapat enam rumah adat, masing-masing memiliki fungsi dan kedudukan dalam sistem sosial masyarakat Toraja. Banyaknya tanduk kerbau melambangkan lencana atau status sosial dalam masyarakat. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Tongkonan tinggalan leluhur Layuk merupakan salah satu yang tertua di masyarakat Toraja dan kini menjadi tujuan wisata unggulan Kabupaten Toraja Utara.  Dalam tradisi Toraja, rumah tongkonan merupakan satu kompleks rumah adat, berikut lumbung padi _simbol masyarakat agraris. Tongkonan Kete’ Kesu’ memiliki enam rumah adat dan dua belas lumbung padi. Semuanya berjajar rapi menghadap utara-selatan.

Di sekitar kompleks rumah pusaka itu terdapat menhir-menhir yang digunakan untuk upacara kematian.  Sementara di belakangnya menjulang tebing karst yang digunakan sebagai permakaman keluarga sejak ratusan tahun silam. Semakin tinggi lokasi liang tebing, semakin tinggi pula status sosial keluarga. Sementara, di kaki tebing terdapat beberapa bangunan beratap genting yang ruang dalamnya digunakan untuk permakaman, disebut patane.

Tampaknya Layuk seorang yang arif. Dia menyadari bahwa sekitar lima persen warganya merupakan muslim. Kemudian dia membuat salah satu bangunan makam yang di dalamnya terdapat satu petak yang tidak dipelur dengan semen. “Biar keluarga saya yang Muslim bisa satu tempat  dengan yang Kristen, tanpa harus melanggar pemakaman adat.” 

“Itu yang kami pentingkan,” Layuk berkata. “Kami jaga hubungan kekeluargaan yang begitu kental. Kalau kami terpisah, hubungan emosional kami selama hidup akan sia-sia. Untuk apa kita bertikai? Kita adalah satu!”

Kemudian seorang saudaranya yang berpeci menghampiri kami. Seorang kawan seperjalanan bertanya kepada Layuk, apakah saudara tersebut adalah seorang muslim. Sembari bersandar pada salah satu tiang lumbung, Layuk berkata, “Kami tafsirkan, di sini peci adalah topi nasional.”

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Sebuah celah gua di Kete' Kesu. Dalam tradisi Toraja, ruangan gua menjadi salah satu peristirahatan terakhir. Tradisi yang masih berlanjut hingga kini. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Tradisi pemakaman Toraja di tebing karst Kete' Kesu'. Semakin tinggi letak liang di tebing, semakin tinggi pula status sosial keluarga di masyarakat. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Pemakaman di Tebing dan Kearifan Lokal Suku Toraja Mengolah Alamnya
Patane, makam keluarga yang berbentuk bangunan, biasanya diisi oleh rumpun keluarga.  Foto: Andina Laksmi


Sumber: Artikel dan Foto dikutip dari halaman National Geographic Indonesia yang ditulis oleh Mahandis Yoanata Thamrin dengan judul "Pelajaran Berharga dari Toraja"

Guna menyebarluaskan infomasi ini kepada masyarakat khususnya keturunan Toraja yang jauh diperantauan yang rindu mengenal tanah leluhurnya maka artikel ini kami posting kembali di blog yang khusus membahas tentang kebudayaan Toraja ini.

No comments:

Post a Comment

Toraja Paradise Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Google. Powered by Blogger.