"I Love Bamboo" Kedekatan Suku Toraja dengan Bambu. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Seperti apa kisahnya bila Majalah milik sebuah maskapai penerbangan bercerita tentang Toraja. Adakah diantara Sangsiuluran yg pernah membacanya..? :)
"I Love Bamboo"Kedekatan Suku Toraja dengan Bambu
Kalimat diatas adalah judul artikel dalam majalah LionMag edisi Februari 2015. Berikut artikel selengkapnya yang kami sadur dari majalah LionMag:
Anak-anak Toraja juga lihai memainkan alat musik Pa'pompang. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Seorang nenek memainkan musik tradisional suling bersama rekannya. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Suatu siang di kota Makale, Tana Toraja, pada bulan Desember tahun 2014 lalu. Alunan musik bambu yang dimainkan sejumlah anak Toraja cukup menyita perhatian pengunjung. Alunan merdu tersebut berasal dari alat musik bambu khas Toraja dalam berbagai ukuran, mulai dari kecil, besar yang bersuara bas, hingga suling yang bersuara nyaring.
Alat-alat musik yang disebut masyarakat Toraja dengan Pa'pompang serta Suling Te'dek (Suling Lembang) itu memang kerap dimainkan anak-anak dan orang tua. Alat-alat musik tersebut lazim dimainkan kala ritual adat dan acara budaya seperti Aluk Rampe Matallo, Aluk Rampe Matampu', atau ritual Rambu Tuka' (upacara syukuran, upacara adat panen padi, pernikahan dan lainnya), serta Rambu Solo' (upacara adat kedukaan/kematian).
Namun, kali ini alunan musik bambu itu hadir bukan untuk sebuah ritual, tetapi ditampilkan guna memeriahkan event Toraja Lovely December 2014 (baca disini), acara tahunan pada bulan Desember untuk mengangkat lagi pariwisata di Toraja. Event penutup tahun ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi masyarakat setempat yang selama ini merantau/bekerja di luar Toraja.
"I Love Bamboo" Kedekatan Suku Toraja dengan Bambu. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Mengapa Bambu
Lovely December di penghujung 2014 kemarin bertemakan "I Love Bamboo". Jadi tidak mengherankan jika alat musik serta pernak-pernik dari bambu cukup mendominasi.
Pemilihan tema itu bukannya tanpa dasar. Bambu begitu erat melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja. Kreativitas masyarakat Toraja dalam memanfaatkan bambu bisa dibilang tiada batas. Bambu bisa dimanfaatkan tidak hanya untuk atap Tongkonan dan Alang (lumbung yang bentuknya mirip rumah Tongkonan), tetapi juga mulai dari alat rumah tangga seperti membuat suke (tempat untuk minuman atau juga wadah untuk memasak makanan tradisional Pa'piong), alat-alat musik, dibuat kandang ternak, hingga sebagai bahan utama pembuatan lantang (pondokan) untuk upacara ritual adat Rambu Solo' dan Rambu Tuka'.
Dua pria Toraja membawa tabung bambu yang berisi tuak. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Dengan begitu banyak kegunaanya membuat bambu memang tidak bisa dipisahkan dari hajat keseharian masyarakat Toraja. Eksotisme kreasi dari bambu saat Lovely December itu pun kental terasa diantara nuansa parade budaya dan model-model cantik dalam balutan busana khas Toraja yang banyak menyita perhatian pengunjung. Para model itu tidak berjalan di catwalk, melaikan memperagakan busana di tengah jalan poros atau tepatnya di pusat kota Makale, Toraja.
Para Gadis Toraja menari massal pada puncak acara Lovely December yang dipusatkan di Kota Makale. Tarian ini melibatkan ratusan penari wanita. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Pemuda Toraja mengarak miniatur rumah adat khas Toraja, Tongkonan. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Peragaan busana Toraja juga turut menyemarakkan puncak acara Lovely December. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Kain tenun dengan corak khas Toraja diperagakan seorang model. Foto: LionMag edisi Februari 2015. |
Semoga bermanfaat... #WondefulToraja #TorajaParadise
Sumber:
No comments:
Post a Comment