Tedong Bonga adalah simbol prestise masyarakat Toraja. Foto: PF-PPWI | Anton Vincent Acvara ** |
Keistimewaan Kerbau Toraja
Jika di sebagian wilayah di Indonesia kerbau hanya dipandang sebagai hewan ternak dan sering kali ditemukan berkubang lumpur di sawah, tidak demikian halnya dengan kerbau yang ditemukan di sekitar kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja. Bagi mereka, kerbau memiliki posisi istimewa dan menjadi salah satu simbol prestise dan kemakmuran.
Dalam upacara adat Toraja seperti Rambu Solo, kerbau memegang peranan sebagai salah satu peranti utama. Kerbau digunakan sebagai alat pertukaran sosial dalam upacara tersebut. Bagi masyarakat Toraja, jumlah kerbau yang dikorbankan menjadi salah satu tolok ukur kekayaan atau kesuksesan anggota keluarga yang sedang menggelar upacara adat. Kebanggaan akan hal tersebut terlihat dari jumlah tanduk kerbau yang dipasang pada bagian depan Tongkonan (rumah adat tradisional Toraja) keluarga penyelenggara upacara Rambu Solo.
Bentuk fisik kerbau yang oleh masyarakat Toraja disebut tedong itu berbeda dengan yang banyak ditemukan di kawasan lainnya. Kerbau Toraja rata-rata berbadan kekar dan beberapa di antaranya memiliki kulit belang _oleh orang Toraja disebut Tedong Bonga (kerbau jenis ini merupakan spesies endemik) serta tanduk memanjang. Dengan berbagai keistimewaan tersebut, tidak heran jika harga seekor kerbau yang kondisi fisiknya dinilai sempurna oleh masyarakat setempat dapat mencapai harga ratusan juta per ekor.
Agar tubuh kerbau menjadi kekar dan kuat, selain rumput yang bagus beberapa suplemen seperti susu dan belasan butir telur ayam menjadi santapannya sehari-hari. Kekuatan dan postur tubuhnya akan sangat berpengaruh pada nilai jual serta daya tempur kerbau di arena adu kerbau.
Kerbau yang sering muncul sebagai pemenang memiliki nilai jual lebih tinggi dan tentunya penggemar tersendiri di arena adu kerbau _pasilaga tedong_ yang digunakan sebagai ajang hiburan rakyat bagi masyarakat sekitar. *1
Kerbau dalam Rambu Solo upacara adat masyarakat Toraja. Foto: Mongabay | Sharif Jimar *** |
Kerbau dalam Rambu Solo'
Bagi masyarakat Tana Toraja di Sulawesi Selatan (Sulsel), meyakini kerbau adalah kendaraan bagi arwah menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Kerbau pun memiliki kedudukan unik bagi masyarakat Toraja. Ia diternakkan dan sebagai alat pembajak sawah, sekaligus dianggap hewan sakral dan simbol status sosial.
Kerbau bagi orang Toraja dinilai sesembahan tertinggi bagi masyarakat adat Toraja yang meninggal, melalui ritual rambu solo’. Rambu Solo’ ini bisa dilakukan berhari-hari, bahkan ada berminggu-minggu, dan dihadiri ribuan warga. Salah satu ritual penting adalah penyembelihan kerbau.
Dalam kepercayaan Aluk To Dolo _agama Toraja kuno_ rambu solo’ dilakukan keluarga bangsawan. Makin tinggi nilai kebangsawanan, makin besar dan mewah pula upacaranya. Belakangan ritual ini bisa juga oleh non bangsawan, tetapi memiliki keuangan cukup.
Dalam ritual kematian ini, kerbau yang dikorbankan sangat tergantung hasil rembuk keluarga besar. Dalam rembuk ini, biasa juga ditetapkan kapan ritual dilaksanakan.
Hal menarik dalam ritual ini adalah jenis kerbau yang dikorbankan ternyata memiliki kasta beragam, antara lain tedong bonga, tedong pudu’ dan tedong sambao’. Tedong bonga adalah kerbau dengan kasta tertinggi. Dinamai bonga karena memiliki belang di sekujur tubuh. Tedong bonga ini memiliki beberapa jenis, didasarkan jenis dan belang pada tubuhnya.
Ada bonga sanga’daran, yaitu kerbau belang bagian mulut didominasi warna hitam. Ada juga bonga randan dali’ jika warna alis mata hitam. Juga bonga lotong boko’ jika memiliki warna hitam di bagian punggung. Tedong bonga dengan nilai tertinggi adalah tedong saleko atau kerbau belang terbaik. Kulit didominasi warna putih pucat, dengan bercak atau belang hitam di sekujur tubuh. **2
Kerbau dalam upacara Rambu Solo yang diadakan di Tongkonan Karuaya. Foto: priskatandi.wordpress|Priska Tandi **** |
Nahh ini yang paling menarik Ma'Pasilaga Tedong (adu kerbau) ;
Adu kerbau di Toraja menjadi tontonan menarik bagi warga sekitar. Foto: GarudaMagazine | Fadil Aziz |
Tradisi unik Tedong Silaga (adu kerbau) di Toraja. Foto: Flicker.com|Munir Mukhsin |
ADU KERBAU. Warga Toraja menyaksikan Mappasilaga Tedong atau adu kerbau di Deri, Toraja Utara, Sulsel, Rabu (29/10). Adu kerbau merupakan salah satu rangkaian adat dalam tradisi Rambu Solo atau upacara pemakaman. FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/ed/ama/10 |
biar lebih asik lagi lihat video tedong silaga disini:
Adu Kerbau Toraja : Ritual Adat Mappasilaga Tedong
Keterangan Sumber:
*1 Sumber: Kompas Oase/Ferganata Indra Riatmoko
**2 Sumber: Mongabay | Wahyu Chandra
** Tedong Bonga adalah simbol prestise masyarakat Tana Toraja. Hanya kaum “The Have” saja yang mampu memiliki hewan ini untuk kemudian disembelih dan dibagikan dagingnya kepada saudara dan masyarakat sekitar, ketika Pesta Adat Pemakaman “Rambusolo” diselenggarakan. Ada beberapa kerbau jenis ini dan jenis yang lebih murah harganya, yang dijadikan kurban sembelihan. Mereka diadu terlebih dahulu, baru kemudian parang menebas leher mereka. Makna dari pesta ini adalah perlambang kasih sayang anak-anak kepada orang tua, atau kakek nenek mereka.
Mau tahu harga satu ekor Tedong Bonga ini…….nyaris Rp. 250,000,000/ekor. Fantastis!!!
Lokasi: Londa, Rantepao – Tana Toraja
Foto by ANTON VINCENT ACVARA pada 24 Maret 2011.
*** Tedong saleko atau kerbau dengan belang terbaik. Kulit didominasi warna putih pucat, dengan bercak atau belang hitam di sekujur tubuh. Harga jenis kerbau ini bisa mencapai Rp1 miliar, tergantung kondisi tanduk, belang dan ekor. Foto: Mongabay | Sharif Jimar
**** Upacara Rambu Solo yang diadakan di Tongkonan Karuaya Lembang Tumbang Datu, Kec. Sangalla, Kab. Tana Toraja. Upacara Rambu Solo yang diikuti merupakan upacara penghormatan untuk Alm. Johannis Ne’Rapa. Foto: Priska Tandi Galla
No comments:
Post a Comment